Sabtu, 01 September 2012

Babad Timbanganten

Simpang Lima-Tarogong
Babad Timbanganten awalnya merupakan naskah wawacan yang ditulis dengan huruf latin, koleksi perpustakaan Nasional Jakarta. Kisahnya diambil dari legenda yang pernah hidup dilingkungan masyarakat Garut. Kisah ini sempat pula disadur ke dalam naskah Gending Karesmen (Operet Sunda) oleh sastrawan Wahyu Wibisana, dan sempat dipentaskan secara kolosal di Garut pada tahun 1964 dengan judul "Ratu Inten Dewata".


Bumi Timbanganten, kini di kenal Tarogong
Babad ini mengisahkan Ratu Pasehan yang berkuasa di Timanganten. Karena tidak memiliki putra, kepada Prabu Siliwangi ia meminta penggantinya sebagai Raja Timbanganten. Namun Prabu Siliwangi malah mengirim Sunan Burung Baok, anaknya dari puteri jin yang buruk perangainya. Tentu saja kehadiran Sunan Burung Baok meresahkan rakyat Timbanganten.

Ratu Pasehan akhirnya menghukum Sunan Burung Baok. Timbulah kesalahpahaman antara Ratu Pasehan dan Prabu Siliwangi. Namun persoalan itu oleh Prabu Siliwangi diselesaikan dengan mengangat Raden Sunan Panggung, anaknya dari permaisuri yang bernama Maraja Inten Dewata. Inten Dewata sendiri adalah adikdari Ratu Pasehan.

1 komentar:

Ai Karlinawati.Inna mengatakan...

Terimaksih ilmunya, semoga blog ini selalu banyak yang mengunjungi.

Posting Komentar

 
;