Selasa, 28 Agustus 2012

Seputar Garut (Alun-alun Garut)


ALUN-ALUN GARUT

Seperti hal nya kota-kota tua di pulau jawa, Garut pun memiliki Alun-alun. Alun-alun Garut yang cukup luas juga memiliki pola-pola yang sama dengan alun-alun di tempat lain. Yang di maksud pola tersebut adalah adanya mesjid, penjara, tempat tinggal bupatu (pendopo) dan perkantoran. Selain itu, cirri umum alun-alun di kota-kota tua adalah sekelilingnya dibatasi oleh jalan .

Demikian halnya dengan alun-alun Garut. Di selatan alun-alun terdapat pendopo yang saat ini di fungsikan menjadi rumah Dinas Bupati Garut. Dulu kompleks pendopo bukan saja menjadi rumah tinggal bupati, tetapi juga sekaligus menjadi tempat bupati berkantor. Pendopo sendiri sebenarnya aula tempat bupati melakukan pertemuan-pertemuan dengan para pejabat di bawahnya atau menerima tamu agung.

Di depan pendopo terdapat babncong. Bangunan ini mirip pesanggrahan yang berbentuk panggung. Jaman dulu babancong berfungsi sebagai tempat para pembesar menyaksikan keramaian alun-alun, atau tempat berpidato. Babncong memiliki kolong yang tingginya kira-kira 2 meter. Sampai sekarang pun, babancong masih digunakan untuk tempat duduk para pejabat jika di aun-alun diselenggarakan berbagai upacara.

Babancong

Di barat alun-alun terdapat Mesjid Agung yang megah. Dulu mesjid ini dinamai masigit. Di sebelah barat bangunan mesjid terdapat pemakaman para bupati Garut. Di sinilah pembesar-pembesar Garut zaman baheula (Zaman Dulu) dimakamkan. Di antaranya terdapat makam Pengulu Besar Limbangan, R.H Moehamad Moesa, dan R.A.A, Wirata-nudatar serta istrinya, Raden Ayu Lasminingrat.

Di sebelah utara alun-alun terdapat kantor Pembantu Gubernur Wilayah Priangan (Bakorwil). Kantor tersebut awalnya adalah kantor Asisten Residen Belanda untuk wilayah Priangan. Sementara di sebelah timur alun-alun terdapat penjara.Penjara ini cukup bersejarah. Di situlah beberapa orang pejuang Garut-baik pada jaman Belanda maupun jaman Jepang- dipenjarakan karena mentang pemerintahan colonial dan memperjuangkan kemerdekaan. Salah seorang yang pernah berkali-kali dijebloskan ke penjara ini adalah K.H Mustapa Kamil, ulama Garut yng sering membangkan pada kebijakan pemerintah colonial. Oleh sebab itu, ketika penjara ini hendak dialihfungsikan menjadi komplek pertokoan, banyak orang yang menentangnya. Karena, seharusnya penjara Garut dijadikan situs bersejarah dan di lindungi sebagai cagar budaya.

Dulu, di senelah utara alun-alun terdapat sebuah monument yang dibangun untuk memperingati jasa orang Belanda yang dianggap besar perhatiannya dalam memajukan masyarkat Garut. Dia adalah Karel Frederik Holle, sahabat karib Moehammad Moesa. Monument itu dikenal dengan Monumen Holle. Pada satu sisinya terdapat relief gambar Holle dan beberapa kata yang menjelaskan jasa-jasanya.

Sayang monument itu diruntuhkan pada jaman jepang. Maklum, jepang memang sangat anti Belanda . konon, monument itu tidak sepenuhnya dihancurkan. Bangunannya hanya di rubuhkan, kemudian di kubur di tempat nya berdiri. Wajar jika ada sebagian orang penasaran dan kemudian ingin menggali kembali monument itu. Namun niat itu ditentang banyak pihak karena dianggap hanya akan membangkitkan luka lama.

Pendopo Kab.Garut

Kantor Asisten Residen Priangan

Bukan hanya peristiwa itu yang terjadi di alun-alun Garut. Banyak peristiwa besar dari masa ke masa terjadi di alun-alun Garut sejak pembangunannya pada tahun 1813. Kini alun-alun Garut difungsikan menjadi ruang public. Selain di gunakan untuk tempat dilakukannya upacara resmi kenegaraan, banyak orang memanfaatkan alun-alun sekedar untuk mengaso melepas lelah, atau sebagai tempat untuk berolahraga.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

cieciee wakakak

Posting Komentar

 
;