ALUN-ALUN GARUT
Seperti hal nya kota-kota tua di pulau jawa, Garut pun
memiliki Alun-alun. Alun-alun Garut yang cukup luas juga memiliki pola-pola
yang sama dengan alun-alun di tempat lain. Yang di maksud pola tersebut adalah
adanya mesjid, penjara, tempat tinggal bupatu (pendopo) dan perkantoran. Selain
itu, cirri umum alun-alun di kota-kota tua adalah sekelilingnya dibatasi oleh
jalan .
Demikian halnya dengan alun-alun Garut. Di selatan alun-alun
terdapat pendopo yang saat ini di fungsikan menjadi rumah Dinas Bupati Garut.
Dulu kompleks pendopo bukan saja menjadi rumah tinggal bupati, tetapi juga
sekaligus menjadi tempat bupati berkantor. Pendopo sendiri sebenarnya aula
tempat bupati melakukan pertemuan-pertemuan dengan para pejabat di bawahnya atau
menerima tamu agung.
Di depan pendopo terdapat babncong. Bangunan ini mirip
pesanggrahan yang berbentuk panggung. Jaman dulu babancong berfungsi sebagai
tempat para pembesar menyaksikan keramaian alun-alun, atau tempat berpidato.
Babncong memiliki kolong yang tingginya kira-kira 2 meter. Sampai sekarang pun,
babancong masih digunakan untuk tempat duduk para pejabat jika di aun-alun
diselenggarakan berbagai upacara.
Babancong |
Di barat alun-alun terdapat Mesjid Agung yang megah. Dulu
mesjid ini dinamai masigit. Di sebelah barat bangunan mesjid terdapat pemakaman
para bupati Garut. Di sinilah pembesar-pembesar Garut zaman baheula (Zaman
Dulu) dimakamkan. Di antaranya terdapat makam Pengulu Besar Limbangan, R.H
Moehamad Moesa, dan R.A.A, Wirata-nudatar serta istrinya, Raden
Ayu Lasminingrat.
Di sebelah utara alun-alun terdapat kantor Pembantu Gubernur
Wilayah Priangan (Bakorwil). Kantor tersebut awalnya adalah kantor Asisten
Residen Belanda untuk wilayah Priangan. Sementara di sebelah timur alun-alun
terdapat penjara.Penjara ini cukup bersejarah. Di situlah beberapa orang
pejuang Garut-baik pada jaman Belanda maupun jaman Jepang- dipenjarakan karena
mentang pemerintahan colonial dan memperjuangkan kemerdekaan. Salah seorang
yang pernah berkali-kali dijebloskan ke penjara ini adalah K.H Mustapa Kamil,
ulama Garut yng sering membangkan pada kebijakan pemerintah colonial. Oleh
sebab itu, ketika penjara ini hendak dialihfungsikan menjadi komplek pertokoan,
banyak orang yang menentangnya. Karena, seharusnya penjara Garut dijadikan
situs bersejarah dan di lindungi sebagai cagar budaya.
Dulu, di senelah utara alun-alun terdapat sebuah monument
yang dibangun untuk memperingati jasa orang Belanda yang dianggap besar
perhatiannya dalam memajukan masyarkat Garut. Dia adalah Karel Frederik Holle,
sahabat karib Moehammad Moesa. Monument itu dikenal dengan Monumen Holle. Pada
satu sisinya terdapat relief gambar Holle dan beberapa kata yang menjelaskan
jasa-jasanya.
Sayang monument itu diruntuhkan pada jaman jepang. Maklum,
jepang memang sangat anti Belanda . konon, monument itu tidak sepenuhnya
dihancurkan. Bangunannya hanya di rubuhkan, kemudian di kubur di tempat nya
berdiri. Wajar jika ada sebagian orang penasaran dan kemudian ingin menggali
kembali monument itu. Namun niat itu ditentang banyak pihak karena dianggap
hanya akan membangkitkan luka lama.
Pendopo Kab.Garut |
Kantor Asisten Residen Priangan |
Bukan hanya peristiwa itu yang terjadi di alun-alun Garut.
Banyak peristiwa besar dari masa ke masa terjadi di alun-alun Garut sejak
pembangunannya pada tahun 1813. Kini alun-alun Garut difungsikan menjadi ruang
public. Selain di gunakan untuk tempat dilakukannya upacara resmi kenegaraan,
banyak orang memanfaatkan alun-alun sekedar untuk mengaso melepas lelah, atau
sebagai tempat untuk berolahraga.
1 komentar:
cieciee wakakak
Posting Komentar